Juli 04, 2016

Pura Pura Biasa

Saat dunia tak lagi damai.
Saat tawa hanya jadi sebuah kiasan.
Kau hadir nyatakan sayang.

Tak terkendali,
kini senyummu berbeda.
Ku rasa getaran saat bersama.
Entahlah...
Aku tak mengerti.
Kenapa perih ini meredam,
dan lalu berubah jadi perasaan senang.

Seakan lepas dari harapanku akan angan.
Aku tak percaya.
Apakah ini mimpiku?
Apakah ini cinta sejatiku?
Ataukah ini rasa sesaat yang akan hilang ditelan waktu.
Tuhan...
Bantu aku artikan rasanya juga rasaku.

***

Mungkin kini memang bukan pertemuan pertama kita, namun engkau tidak pernah tau pernah saat kamu dan aku bertemu lalu aku mulai merasa suka.

Aku yang pernah terluka karena cinta kedua orang tua. Bagaimana mungkin aku tidak memungkiri perasaanku. Ya begitulah aku yang hanya dapat melewatkanmu.

Ketika kita lebih dekat lalu menjadi teman dihari itu. Aku sudah biasa dengan kepura-puraanku. Pura-pura bersikap biasa dengan rasa sukaku. Kau tau awalnya ini hanya rasa suka yang menyenangkan.

Ya kamu memang menyenangkan, menyenangkan ketika kamu tersenyum, ketika kamu mengeluarkan suara, atau ketika kamu memanggil namaku.

Lalu aku mulai merasa nyaman. Aku yang jadi diriku. Kamu yang jadi dirimu. Begitulah pertemanan kita.

Bagaimana bisa aku mengelak ketika engkau ingin aku lebih dari teman. Engkau yang begitu aku sukai sejak lalu. Sungguh ini adalah fakta yang tidak pernah aku harapkan. Meski kenyataannya itu adalah keinginanku.

Dan aku hanya bisa diam mendengarkan. Bagaimana dan apa yang harus aku perbuat? Apakah kamu tau tentang orang tuaku yang terpisah karena orang ketiga? Apakah kini aku yang jadi orang ketiga itu?

Naifku yang berharap pertemanan ini menjadi pertemanan biasa.

Bagaimana aku tau, bahwa ternyata kamu juga suka padaku lebih dulu daripada aku suka padamu. Bagaimana aku tau, bahwa ternyata kamu pun pura-pura biasa menjadi teman biasa untukku. Bagaimana bisa kita berteman sedangkan kita sama-sama saling suka.

Aku yang pernah terluka karena orang ketiga, apa aku juga harus menjadi orang ketiga?

Single atau Ke-ce-wa?

Gue nggak ngerti kenapa orang diciptakan berpasang-pasangan. Bukan karena gue single, justru karena gue sudah memiliki pasangan.

Gue rasa single itu lebih baik. Saat menjadi single, tentu kita nggak berharap perhatian dari pasangan, mau sendirian dan nggak ada yang mau berteman sama kita sekalipun, itu nggak akan jadi masalah. Bahasa atau istilahnya, ya hidup lo semau lo, nggak peduli apa kata mereka.

Dengan menjadi single, kita lebih mandiri karena nggak ada yang bisa kita andalkan selain diri kita sendiri. Berbeda dengan yang sudah status berpasangan, contohnya: kalian cewek pasti akan berharap untuk diantar jemput oleh pasangan kemanapun kalian akan bepergian, dan saat pasangan tidak bisa melakukan yang kalian harapkan tentu kalian akan merasa kecewa.

Kecewa? Masalah berpasangan adalah sebuah kata, yaitu: ke-ce-wa. Sedangkan masalah single adalah dua buah kata, yaitu pertanyaan: "kapan nikah?"

Solusinya kata ke-ce-wa dan kata "ka-pan ni-kah?" harus dimusnahkan dari dunia ini karena tidak berperikeberpasangan dan tidak berperikesingle-an.

Dan apakah kalian single atau kalian berpasangan? Sudah tertulis oleh takdir bahwa kita diciptakan berpasang-pasangan. Karena itu gue harap kita mendapatkan 1 dari 1000 laki-laki atau 1 dari 1000 perempuan yang akan membuat kita tidak mendapatkan kata ke-ce-wa.
 

Non Tiwi Template by Ipietoon Blogger Template | Gadget Review